#MODYARHOOD: Bekerja Sama Biar Tuntas

Foto bahagia kami

PADA MULANYA...
Pada mulanya, tepatnya 6 tahun lalu kami menikah, semua terasa indah. Ya saya yang pengantin baru, yang walau kerja di kantor, semangat '45 untuk bangun lebih subuh dari biasanya, demi siapkan sarapan dan bekal suami makan di kantor. Itu dulu pas lagi di rumah mertua dan belum punya anak, semangat masak, browsing menu, belanja and so on and so on. (Mana berani malas-malasan di depan mertua ya kan :p LOL)


DRAMA PUN DIMULAI
Pindah ke kontrakan, dan lalu saya hamil (yeay!!!) ternyata pas hamil besar, mood juga seenaknya berubah, kadang rajin masak, lalu bisa tiba-tiba males melanda, lelah sudah pasti ya pas perut makin membesar. 

Sekilas cerita background keluarga kami dibesarkan ya.. 
Dibesarkan oleh seorang mama yang kalau anak-anaknya nggak ada yang mau bantuin kerjaan rumah, langsung segera beliau beresin sendiri.. ternyata membawa dampak (lumayan) melelahkan buat saya estelar besar. Hehhee. Ya, itu... saya jadi begitu itu tuh.. saat di rumah kami, kalau suami nggak juga inget ngerjain, yowes saya kerjain sendiri saja... Tuntaskah? Ya pastinya enggak lah ya. Bisa tenang lihat PR numpuk? Ya enggak lah.. Gemes sebenarnya. 

Lama-kelamaan semakin lelah ya hidup ini, pulang kerja sudah lelah, lalu lihat tong sampah masih penuh sesak di dapur tanda suami belum sempat buang ke tong sampah luar, handuk basahnya masih tergeletak cantik di tempat tidur. Pria dan segala kecuekannya, ya moms.

Suami di awal menikah sebenarnya cenderung cuek sama printilan kerjaan rumah, mungkin karena latar belakang suami yang kala bujangan, urusan rumah itu selalu dikerjakan para wanita di rumah orangtuanya. Jadi suami ya emang woles aja gitu, "iya nanti.. Nanti kamar mandi aku sikat," dan 3 hari pun berlalu, kamar mandi masih sama dekilnya, dan berakhir dengan saya yang bersihkan sendiri. Lalu saya lelah, tanduk tumbuh dua, dan ujungnya saya ngomel sejadi-jadinya :( Nggak ada titik ketemu deh sama suami.

tuh tuh ...

KATA MEREKA
Lalu lahir anak perempuan cantik di rumah kami. Dengan pekerjaan rumah yang tentu semakin luar biasa karena tanpa ART. Masih keinget deh sakitnya efek setelah sectio dan harus nyuci on the floor untuk cucian yang kudu dicuci tangan (tau sendiri kan kalo nggak cuci tangan itu kurang bersih. Mesin cuci buat pakaian kami orang tuanya saja kecuali pakaian dalam). Lalu sempat ada bantuan ART pulang-pergi selama beberapa bulan yang sangat amat membantu, walau akhirnya tak bertahan lama... (drama ART), karena suatu hari beliau ngilang setelah bilang, "Bu, saya mesti ke kampung dulu." Saya pun terdiam, suami ikutan diam. Lalu dia permisi pulang, dan tak kedengeran khabarnya sampai sekarang (syedihhh).

Kunjungan berkala dari mertua perempuan dan mama saya ke rumah kami saat Lala masih belum genap berusia sebulan, ternyata membawa secernah sinar. Mama yang adalah ibu rumah tangga yang amat menyayangi anaknya (apalagi saya ya), kala itu beliau sempat memberi petuah ke saya dan suami. Ehmm, begini katanya:

"Ya kalau saya kan Ibu Rumah Tangga, nggak kerja kantoran kayak kalian. Kalau Mama Lala ini kan kerja kantoran ya, jadi tidak bisa disamakan dengan saya, yang ngerjain semua pekerjaan rumah dan suami tinggal terima beres. Lagian sudah nggak jamannya kan istri saja yang ngurus rumah. Mendingan saling bantu, kerja sama kalian ya, Papa Lala." 

Mamaaaaaaaaa!!!! Rasanya bahagia saat sebagian suara hati saya diutarakan oleh mama. Tapi eh tapiiii.. Saat itu saya nggak tega ke suami untuk berbagi pekerjaan rumah, apalagi saya dibesarkan di keluarga dimana mama saya mengerjakan seluruuuhhhh pekerjaan rumah. Jadi saya merasa, ya rela aja kerjain semuanya, ya udah istri aja yang kudu wajib mikirin pekerjaan rumah sampai tuntas..tass, suami tinggal terima beres (namun ku tak rela, ku lelahhh pada akhernyaa) :D

Eh tetapi ternyata suami menyambut baik, mungkin karena dia lihat saya sering ngedumel sambil beberes, muka mutung, de el el... Hahahahhaha. Lalu sibuklah saya browsing soal berbagi kerjaan rumah. Bahkan niat bikin tabel pembagian kerja loh! (huahhaha kok ya kala itu niat banget ya saya browsing tentang pembagian kerjaan rumah dan sampai bikin tabel kerja segala!). Berjalan 70%, lalu suatu hari saat mama mertua mampir main ke rumah, beliau melihat jadwal pembagian kerja yang tertempel di kulkas. Intinya beliau sedikit kurang setuju kalau suami ikut ngerjain pekerjaan rumah. Balik lagi, ada cerita di balik semua pendapat para orang tua kami, yaitu cerita di balik background kami dibesarkan tadi. Dan kami harus bijaksana kan menyikapi semua masukan. 


MENCARI JALAN KELUAR
1. KELUARGA KITA, ATURAN KITA
Kami  pun jadi sempat galau? Tentu saja. Kami galau... sampai suatu malam, pillow talk kami berbuahkan keputusan:

"Ini keluarga kita, kita yang atur sendiri maunya gimana," 

Kami sepakat untuk saling bekerja sama mengerjakan pekerjaan rumah sampai tuntas, tanpa embel-embel tabel kerja yang bertengger di depan pintu kulkas dan yang terpenting tanpa berharap suami bisa telepati dan tahu apa yang kita mau padahal kita nggak pernah bahas (Hihihih...ini nih.. yang sering bikin kami adu argumen). Kami cuma perlu perbanyak ngomong pakai mulut untuk mengutarakan kalau salah satu dari kami butuh bantuan. Kami bekerja sama biar pekerjaan rumah tuntas tas!! 

Kalau sudah begini, tuh, bahagia banget punya suami bijaksana :* terlepas dari handuk basah yang sesekali masih suka bertengger di kasur kami. Sabar..sabar.. Toh di dunia ini tak ada yang sempurna kan? :D


2. MEMILIH BAHAGIA
In the end... Apapun pilihan kita dan pasangan, selalu percaya deh bahwa kalian akan kuat selama kalian menghadapi apapun bersama-sama (mendadak jadi mellow). Dan ketika kita punya pondasi yang kuat (andalkan Tuhan dalam segala hal), semua hal yang nggak mungkin saja bisa jadi mungkin. Apalagi soal pekerjaan rumah ya, yang masih bisa sesekali dibiarin aja dulu pas kami berdua amat sangat lelah setelah pulang dari kerja dan lebih memilih untuk mengatakan, "Besok masih ada waktu..." :D Walau besoknya jadi super duper heboh beberes ya, apalagi pas weekend. Kebayang PR nya bejibun. 

Dukungan dari keluarga kami (mama, papa, adik, kakak) sudah tentu yang juga membuat kami lega menitipkan Lala saat kami bekerja, apalagi tanpa ART hingga kini. Kami harus memastikan bahwa kebutuhan Lala lengkap-lengkip sebelum kami berangkat kerja, baik itu makanan atau mainannya (berhubung Lala homeschooling; fyi Lala belum mau sekolah dan usianya kini 4 tahun), ataupun bila urgent saat Lala sakit, kami selalu siap ambil cuti dadakan atau ijin dari kantor. Intinya... family always comes first! Puji Tuhan kantor saya sangat amat mengerti bila saya harus ijin masuk setengah hari atau bahkan beberapa hari sampai Lala sudah baikan dari sakit, atau kalau tidak ada yang jaga, Lala pun boleh diboyong ke kantor dan main di kantor mama (modal minjem karpet, siapkan busy bag, krayon, selimut, bantal de el el). Bahagia sekali saat selalu dipermudah Tuhan, karena saya dan suami sudah ada di jalur yang sama, keputusan yang sama.

Berbahagialah hey kita mama papa dan segala kehebohannya, berbahagialah karena yang kita perjuangkan ini untuk anak-anak kita. Apalagi cuma perkara berbagi pekerjaan rumah kan? Pasti selalu ada jalan keluar :* 



Cheers,
Mama Lala

Komentar

Workshop DIY Christmas Decoration